Social Responsibility

 

  • in-01
  • wordpress slider plugin
  • in-04
in-011 in-022 in-033

CSR

Bekantan in TIA Port
07 Jun

(Only in Bahasa) Seekor monyet jenis bekantan (nasalis larvatus) tampak duduk santai di dahan pohon ketapang kawasan TUKS TIA di Desa Sebamban Baru, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dengan santainya. Si Hidung Mancung ini tak merasa terganggu oleh aktivitas orang ataupun unit LV yang berlalu lalang disekitarnya.


Bekantan yang kerap disapa Monyet Hidung Mancung, merupakan satwa khas Kalimantan Selatan yang oleh penduduk lokal disebut juga Monyet Belanda. Si Hidung Mancung, akhir-akhir ini mulai terlihat di sekitar area pelabuhan TIA. Ia menjadi objek yang sangat menarik perhatian setiap orang yang kebetulan melihatnya karena kelangkaan dan keunikannya.

Keberadaan satwa endemik Kalimantan ini bukan tanpa sebab. Hal ini dikarenakan sekitar area TUKS TIA merupakan kawasan mangrove. Mangrove yang sebagian besar adalah bakau, merupakan habitat Bekantan yang juga menjadi sumber pakannya.

Munculnya berbagai aktifitas ekonomi di wilayah pesisir Desa Sebamban, khususnya pelabuhan batubara dan CPO, serta perkebunan sawit dan juga tambak masyarakat, menjadi ancaman tersendiri bagi kelangsungan hidup Bekantan. Perkembangan ekonomi tanpa disertai dengan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian alam yang ada. Akibatnya, area tempat tinggal dan sumber pakan bagi bekantan semakin berkurang, bahkan hilang. Belum lagi ditambah dengan perburuan satwa langka yang tidak bertanggung jawab.

Berbeda halnya dengan TIA. Anak Perusahaan Reswara ini melakukan sebuah terobosan yang positif bagi ekosistem sungai pesisir. TIA berupaya melestarikan keberadaan Bekantan di sekitar area pelabuhannya. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan area seluas ± 4,5 Ha di sekitar TUKS untuk dijadikan area Konservasi sebagai habitat Bekantan. Lokasi ini nantinya akan dilakukan penghijauan dan juga dibuatkan pagar pengaman  untuk menghindari potensi ancaman yang akan mengganggu.

Sebagai langkah awal, TIA telah melakukan koordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan. BKSDA selanjutnya akan memberikan pertimbangan teknis terkait rencana pengembangan area konservasi tersebut. 

Sekitar pertengahan Agustus 2016 lalu, tim BKSDA telah melakukan kunjungan ke pelabuhan TIA. Observasi lapangan pun dilakukan. Selama 2 hari melakukan observasi, tim ini memberikan kesimpulan bahwa kondisi area yang direncanakan untuk habitat Bekantan masih memenuhi persyaratan sebagai habitat yang kondusif. Catatannya, potensi sumber pakan, sumber air dan cover bagi Bekantan dipertahankan serta potensi ancaman dan gangguan yang ada bisa diminimalkan.

Pengawasan berkelanjutan dan kajian lebih mendalam untuk upaya peletarian ini harus terus dilakukan. Komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak serta korporasi untuk saling mendukung dalam upaya peletarian Bekantan maupun hidupan liar lainnya menjadi sebuah keharusan. 

TIA berharap, si Hidung Mancung akan semakin sering bercengkerama. Bertemu dengan Bekantan, menjadi keniscayaan dalam keseharian aktifitas ekonomi di sekitar Sebamban. Dan yang terpenting, Bekantan tidak hanya sekedar maskot bagi Provinsi Kalimantan Selatan.