Social Responsibility

 

  • in-01
  • wordpress slider plugin
  • in-04
in-011 in-022 in-033

CSR

Reclamation of the forest park, Tiwingan
23 Oct

(Only in Bahasa) Sebagai perusahaan pertambangan yang melakukan aktivitas operasinya di dalam kawasan hutan produksi, PT Tunas Inti Abadi (TIA) memiliki kewajiban untuk mengantongi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Ketentuan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.63/Menhut-II/2011, menyatakan bahwa setiap pemegang izin IPPKH memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) di luar kawasan wilayah IUP. Dalam hal, DAS tidak hanya wilayah di sekitar alur sungai, namun mencakup seluruh wilayah daratan yang mempunyai fungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan secara alami dari hulu sampai hilir. 


Berdasarkan Permenhut di atas, TIA melakukan program rehabilitasi DAS di atas lahan kritis yang telah dipilih di Tahura (Taman Hutan Raya) Sultan Adam. Lokasinya berdampingan dengan areal waduk Riam Kanan, Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Sejatinya, kawasan perbukitan di sekitar waduk merupakan kawasan yang masuk sebagai kategori hutan lindung. Aliran air waduk dimanfaatkan sebagai penggerak turbin pembangkit listrik yang bermanfaat untuk menerangi wilayah Banjarbaru dan sekitarnya. Oleh penduduk sekitar, kawasan hutan dirambah sehingga menjadi gundul dan terancam keseimbangan ekosistemnya. Ini terlihat pada debit waduk Riam Kanan yang menyentuh titik kritis 54,39 meter dari debit minimal 56-57 meter. Turbin yang aktif berfungsi di instalasi pembangkit hanya satu dari tiga turbin. 

Luasan lahan yang akan direhabilitasi TIA di lokasi ini hingga akhir masa IPPKH mencapai 1307 Ha. Aktivitas Penanaman dilakukan mulai 2014, dan sampai saat ini rehabilitasi DAS telah mencapai 169,79 Ha. Kegiatan rehabilitasi tidak hanya dilakukan Perusahaan secara soliter. Masyarakat setempat juga dilibatkan agar hasil yang didapat bisa seoptimal mungkin. Perusahaan memfasilitasi pengadaan bibit, infrastruktur pembibitan dan pemeliharaan (nursery), peningkatan pengetahuan dan kompetensi kelompok tanam, sampai dengan kaderisasi melalui tokoh pendamping masyarakat. 

Tidak mudah untuk mengajak masyarakat kembali menanam kawasan yang terlanjur gundul. Hal ini diungkap oleh Subhan Abror Alhidayat, mitra Perusahaan dalam mendampingi komunitas masyarakat setempat untuk melakukan penanaman pohon, “masyarakat selama ini terbiasa mengambil kayu karena mudah dijual, pohon gundul mereka tidak peduli yang penting sehari–hari mereka menghasilkan (uang). Mindset ini yang mau kita ubah. Kita ceritakan bahwa menanam pohon ini adalah investasi akhirat, karena manfaatnya bisa dipergunakan untuk anak cucu, alhamdulillah perlahan mereka sadar”, urai beliau. 

Pendapat senada juga diutarakan oleh Yani, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tiwingan Lama, “warga yang tadinya menebang kayu lalu dijual, sekarang beralih ke petani karet. Sehari – hari yang dijual (hasil) sadapan karet. Alhamdulillah sejak itu sudah tidak ada lagi pohon yang ditebang, kami juga banyak menanam pohon buah – buahan supaya nanti desa kami jadi sentra penghasil buah”, ujarnya. Latar belakang Pokdarwis tersebut lahir juga sebagai implikasi dari vegetasi lingkungan yang makin kondusif, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai unsur pelengkap kawasan wisata.   
    
Dengan adanya program rehabilitasi DAS di hulu tersebut, upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi Daerah Aliran Sungai yang dilakukan oleh TIA semakin terintegrasi dari hulu ke hilir. Program ini memiliki korelasi dengan upaya rehabilitasi di hilir sungai berupa restorasi kawasan bakau yang juga sedang dilakukan Perusahaan. Antara kawasan hulu dan hilir merupakan sebuah kesatuan lanskap yang saling bergantung satu sama lain. Salah satu penelitian Universitas Charles Darwin yang meneliti dari mana pertambahan karbon berasal, menunjukkan bahwa 50 persen pertambahan karbon berasal dari kawasan bakau, sedangkan sisanya berasal dari kawasan hutan di atasnya. Hal senada juga dipaparkan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman yang meneliti kawasan mangrove di Berau, Kalimantan Timur. 
Ini berarti, apabila kawasan di hulu terjaga dan bersih dari polusi, maka akumulasi deposit karbon di hilir juga akan berkurang. Dengan berkurangnya deposit karbon, daya dukung terhadap ekosistem juga bertambah. Otomatis pertambahan populasi makhluk hidup di sekitarnya seperti ikan dan udang juga meningkat. Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hingga pada akhirnya, peranan DAS dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.