• in-01
  • wordpress slider plugin
  • in-04
in-011 in-022 in-033

CSR

Perkembangan Transplantasi Terumbu Karang

15 Jan

Perairan Bunati dan sekitarnya, merupakan salah satu jalur lintas pelayaran yang cukup sibuk di Kalimantan Selatan. Selain kerap dilintasi tongkang dan kapal tunda, perairan tersebut juga menjadi titik labuh kapal-kapal besar (vessel) yang akan mengangkut batubara menuju ke pembeli akhir di negara tujuan.

PT Tunas Inti Abadi (TIA) yang merupakan salah satu Perusahaan produsen batubara, juga memanfaatkan alur pelayaran Bunati untuk mengangkut batubaranya dari jetty menuju vessel. Karena tingginya frekuensi pelayaran dan maraknya keberadaan pelabuhan batubara, perairan tersebut perlahan mulai mengalami degradasi ekosistem, baik dari aspek kekayaan biota
laut maupun perubahan kontur garis pantai yang diakibatkan oleh erosi dan abrasi. 

Suhaili  Asmawi, staf ahli pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat yang juga menjadi konsultan lingkungan PT TIA, mengatakan setidaknya ada 132 spesies terumbu karang yang dapat hidup di dalam 5 hektare gugusan terumbu karang laut bagian selatan Pulau Kalimantan tersebut. seperti Acropora nobilis, Acropora formosa, Acropora
nobilis dan lainnya. “Ada setengah hektare yang diisi karang dalam, ini yang paling cantik di sini. Hanya saja, karena yang dominan itu acropora, jadi varian ikan yang hidup juga terbatas,” jelasnya ketika menuturkan korelasi antara jenis terumbu karang dengan populasi varietas ikan.

Hanya saja, karena aktivitas pelabuhan batu bara meningkat, keberadaannya semakin terancam. Suhaili menjelaskan bahwa kerusakan parah sebenarnya tidak disebabkan oleh tongkang karena bagian bawahnya berbentuk landai, melainkan oleh tugboat
(kapal tunda). “Kalau tongkang ibaratnya seperti mesin pemotong rumput, dalam kondisi ini bukan terumbunya yang kena. Nah kalau tugboat itu seperti buldozer, rusak semua,” ungkapnya.

Atas kondisi terumbu karang yang semakin memprihatinkan, PT TIA menggagas program kerja sama untuk ikut merawat terumbu karang. PT TIA sendiri mendapat tiga bagian konservasi terumbu karang, meliputi Bajangan Atak, Bajangan Sebamban, dan Batu Anjir. Kewajiban untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tiga titik terumbu karang ini juga tercantum dalam dokumen Izin Lingkungan Pengoperasian Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

Dalam melakukan aktivitas transplantasi terumbu karang, PT TIA bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Suhaili mengatakan PT TIA punya komitmen untuk melakukan konservasi dengan transplantasi karang sekitar 500 meter persegi. Sebagai kewajiban untuk menjaga lingkungan, sejauh ini PT TIA sudah melakukan
transplantasi karang sebesar 310 meter persegi yang dimulai sejak 2011.

Transplantasi dilakukan dengan menggunakan metode “artificial reef plus”. Metode ini menggabungkan fragmen karang sungguhan pada kubus beton buatan berukuran 50 x 50 x 50 cm3 yang disusun hingga berbentuk piramida tiga tingkat. Untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan transplantasi, Artificial reef plus dipasang di sekitar gugusan karang terpilih, dengan memperhatikan faktor kedalaman air, arus dan gelombang. Untuk memastikan proses berjalan mulus, pemantauan terhadap transplantasi terumbu karang dilakukan tiap 6 bulan sekali. 

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat kemudian melakukan penghitungan terhadap beberapa indikator seperti penambahan panjang terumbu, indeks kematian karang, keanekaragaman jenis dan juga pengamatan terhadap varietas dan populasi ikan. Dari hasil pemantauan di Oktober dan dibandingkan dengan pemantauan di semester sebelumnya, perubahan karang transplantasi terlihat pada peningkatan laju pertumbuhan fragmen karang sebesar 32,6 - 42,1 persen. Peningkatan kelimpahan
ikan indikator (Chaetodon, spp) sebesar 11,1-20,0 persen dan peningkatan penempelan (recruitment/settlement) planula karang pada kerangka beton sebesar 15,4-17.9 persen. Selain itu, perubahan karang alami terlihat dari peningkatan tutupan karang dari meningkat sebesar 1,6-2,4 persen serta ditemukannya rekruitmen karang sebanyak 23-27 planula. 

Dari hasil pengukuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan PT TIA dalam melakukan transplantasi cukup menggembirakan. Namun aspek lain untuk menunjang pemulihan ekosistem seperti penggunaan hydrosol untuk meminimalisir debu batubara dan optimalisasi sarana pengolahan limbah pelabuhan, sosialisasi alur pelayaran secara terus
menerus kepada awak kapal, hingga penempatan rambu pelayaran juga harus terus diupayakan.