• in-01
  • wordpress slider plugin
  • in-04
in-011 in-022 in-033

Media

ERT Aceh and South Kalimantan were dispatched to Palu
21 Nov

(Only in Bahasa) Tunas Inti Abadi (TIA), Mifa Bersaudara (Mifa) dan Bara Energi Lestari (BEL) mengirimkan Tim Tanggap Darurat atau Emergency Response Team (ERT) dari wilayah operasionalnya di Kalimantan Selatan dan Aceh ke Palu, Sulawesi Tengah. ERT yang dikirimkan berjumlah 15 orang yang terdiri dari 6 orang dari Aceh (Mifa dan BEL) dan 9 orang dari Kalimantan Selatan (TIA).

ERT dari TIA, Mifa dan BEL langsung dipersiapkan setelah mendengar terjadinya bencana gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi di Sulawesi Tengah pada Jum’at, 28 Sept 2018 lalu. Tim diberangkatkan pada Senin, 1 Oktober dari wilayah kerja masing-masing menuju Makassar, Sulawesi Selatan.

“Pengiriman ERT yang telah terlatih ini merupakan panggilan sebagai sesama anak bangsa. Ini merupakan bentuk keprihatinan dan kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang terkena musibah. Dengan sumber daya yang kami miliki, kami mencoba meringankan beban saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana di bawah koordinasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” ungkap CAO Reswara Slamet Haryadi yang juga Dirut Mifa Bersaudara.

Dari Aceh, ERT Mifa dan BEL berangkat dari Meulaboh, menuju Banda Aceh dan kemudian melanjutkannya ke Jakarta. Dari Jakarta, tim terbang ke Makassar dan langsung menuju Palu. Dari Kalimantan Selatan, ERT TIA diberangkatkan dari Batulicin menuju Makassar dan langsung ke Palu. Tim TIA tiba di Palu pada 1 Oktober lalu dan langsung bertugas melakukan evakuasi. Adapun tim Mifa dan BEL baru tiba di Palu pada 4 Oktober 2018 dengan pesawat Hercules TNI. Tim dari anak usaha Reswara ini juga langsung bergabung dengan tim dari perusahaan Group Tiara Marga Trakindo (TMT) lainnya, yakni Trakindo Utama dan Cipta Kridatama.

Wakil Kepala Teknik Tambang TIA Irfan Triyunanto saat melepas ERT TIA mengungkapkan, para relawan yang diberangkatkan memiliki tugas sangat berat dalam melakukan misi kemanusiaan. Tim beranggotakan para karyawan dan para kontraktor tambang harus menjaga fisik dan mental saat di lokasi bencana.

“Di sana nanti akan ada hal–hal yang diluar prediksi dan tim harus siap dan kompak. Dengan kemampuan yang dimiliki para anggota tim, diharapkan dapan membantu saudara-saudara kita yang terkena dampak bencana yang tidak diinginkan ini” ungkap Irfan di hadapan relawan yang akan diberangkatkan.

Tim yang dikirimkan telah terlatih dan dibelaki ilmu penyelamatan atau rescue. Ini menjadi momentum bagi ERT untuk mengabdikan kemampuannya membantu sesama. Irfan juga menekankan agar selalu menjaga kondisi fisik dan mental serta tetap berkomunikasi dengan Perusahaan dan keluarga masing-masing. Pengiriman ERT TIA ini merupakan pengiriman yang pertama kali ke lokasi bencana dan melakukan praktik secara langsung mengevakuasi dan menolong korban.

Tim ini akan bekerjasama dengan 33 perusahaan mineral dan batubara lainnya di bawah koordinasi Kementrian Energi Sumber daya Mineral (ESDM) melalui surat edaran nomor : 2984/37.04/DBT/2018.

Pengiriman ERT ke lokasi bencana bukanlah yang pertama kali dilakukan Reswara Group. Sebelumnya, ERT Mifa dan BEL pernah menjadi relawan dalam menolong korban bencana gempa di Pidie Jaya, Aceh pada 7 Desember 2016. 

 

Tantangan ERT

Setelah tiba di lokasi bencana dengan menggunakan pesawat Hercules, tim langsung berkumpul dengan dengan ERT dari perusahaan tambang lainnya di bawah koordinasi ESDM. Dengan fasilitas seadanya dan tenda darurat, persiapan dilakukan. Hari kedua di lapangan, evakuasi mulai dilakukan oleh tim ERT Reswara Group.

“Tantangan yang luar biasa adalah bagaimana menjaga atau menolong diri sendiri sebelum menolong orang lain. Di sini, air bersih menjadi kendala utama. Minum air harus dihemat sekali karena tidak adanya pasokan. Padahal air menjadi syarat utama menjaga kondisi fisik tim,” ulas Hutomo Hinawan yang mengomandoni ERT TIA.

Tim juga harus mencegah makan terlalu banyak agar tidak terlalu sering buang air besar. Kondisi lapangan sangat tidak memungkinkan untuk mencari MCK. Tantangan itu baru sekadar tantangan untuk bertahan. Belum lagi tantangan dalam melakukan evakuasi korban bencana.

“Di beberapa tempat, khususnya daerah yang mengalami likuifaksi, evakuasi tidak dapat dilakukan dan alat berat tidak bisa masuk. Tanah di wilayah tersebut berubah jadi lumpur dan lunak. Namun di wulayah lainnya, tantangan utamanya adalah kondisi jenazah yang mulai membusuk. Bisa dibayangkan bagaimana cara mengangkatnya. Menemukan bagian tubuh bukan hal yang aneh,” tambah Hinawan kepada pimpinan Reswara Group di kantor Pusat Jakarta saat menyambut kepulangan tim ERT dari Palu.

Selain melakukan evakuasi korban bencana, Tim ERT Reswara Group juga memberi bantuan pengobatan kepada para warga yang terkena bencana. Ketua ERT Mifa BEL dr. Andi Muhammad mengungkapkan kondisi lapangan yang sangat memprihatinkan. Dengan segala keterbatasan, tim bersama relawan lainnya berupaya memberi pengobatan bagi para korban.

“Kami juga dikirimkan ke Kulawi dengan heli dikarenakan belum terbukanya akses darat ke lokasi tersebut. Di sana, kondisi warga lebih memprihatinkan. Secara bantuan makanan memang cukup tersedia. Namun tidak ada bantuan pengobatan sama sekali. Luka-luka para korban tidak tertangani dengan baik dan berpotensi bisa lebih berbahaya. Ini yang coba kami bantu,” ungkap Andi yang selama 3 hari berada di lokasi yang masih terisolasi.

Berbagai kesan di lapangan menjadi cerita dan pengalaman tersendiri bagi tim. Pengalaman ini yang kemudian membuat ERT harus lebih siap baik secara mental dan teknis dalam membantu korban bencana.

“Ini pengalaman yang luar biasa. Kita harus memikirkan dan melakukan mitigasi di wilayah operasional kita masing-masing, khususnya Aceh yang rawan gempa. Selain itu, kebersamaan di Palu membuat ERT TIA dan Mifa BEL menjadi lebih solid. Ini bisa jadi kekuatan kita ke depan jika digabungkan. Ke depan juga, kita harus menyiapkan anggota yang bertugas khusus untuk penangan trauma atau trauma healing,” ulas Andi kepada rekan-rekan di kantor Pusat Jakarta.

Usai dari Jakarta pada 16 Oktober lalu, ERT menuju ke masing-masing site untuk bertugas kembali. Semoga apa yang dilakukan dapat bermanfaat bagi Indonesia, khususnya para korban bencana alam.