• in-01
  • wordpress slider plugin
  • in-04
in-011 in-022 in-033

CSR

Mengenal Kelompok Dukungan Sebaya

30 Jul

Bagi sebagian besar orang, tentu cukup asing dengan istilah Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Kelompok ini memunyai tujuan, memberikan dukungan antar anggota kelompok dalam kehidupan keseharian mereka. Biasa lebih dikenal dengan istilah Peer Support Group.
Rabu pagi, 4 April lau, tim Tunas Inti Abadi (TIA) memenuhi undangan pihak Puskesmas Kecamatan Sungai Loban untuk menghadiri pertemuan rutin KDS “Sahabat Anggrek”. Anggota dari KDS ini adalah orang-orang yang dinyatakan positif mengidap HIV (ODHA). Petugas Puskesmas mengatakan masih menunggu satu anggota lagi yang belum hadir untuk berangkat bersama-sama ke lokasi pertemuan. 
Tak berselang lama, seorang anak perempuan berumur 3 tahunan bersama dengan sang kakek datang ke Puskesmas. Tidak disangka, anggota KDS yang ditunggu masih berusia balita. Sang kakek menjelaskan bahwa orang tua gadis tersebut telah meninggal dunia karena AIDS dan saat ini dia dirawat oleh kakeknya.
Setelah berkumpul, semua menuju lokasi pertemuan. Hanya diperlukan waktu 15 menit menuju lokasi yang telah ditentukan. Di sana telah menunggu ibu A beserta suami dan anaknya yang berumur 33 bulan. Ibu A dan anaknya juga dinyatakan positif HIV sedangkan suaminya negatif. Ibu A menceritakan bahwa ia baru mengetahui statusnya pada saat kelahiran anaknya.
Setelah mengetahui statusnya, Ibu A aktif untuk mencari informasi tentang HIV kepada dokter ataupun sumber referensi lain. Dia juga bersemangat untuk memberikan motivasi dan tips kepada anggota KDS lain untuk rutin dan disiplin mengkonsumsi ARV (obat Antiretroviral) sesuai dengan jadwal harian. Ibu A menyampaikan tips untuk mengurangi efek samping setelah mengkonsumsi ARV yang biasanya berupa rasa mual, bisa dengan cara meminum air rebusan daun kenikir.
Petugas Puskesmas Sungai Loban yang bertangung jawab untuk program HIV/AIDS, Zaenal menjelaskan bahwa di Kecamatan Sungai Loban terdapat 6 orang dengan status HIV positif dengan rincian 2 orang dewasa dan 4 anak dengan rentang usia balita sampai 10 tahun. Bisa jadi jumlah ini adalah fenomena gunung es karena jumlah yang sesungguhnya tidak bisa dideteksi secara pasti. Ini berkaitan dengan keengganan orang untuk melakukan tes sukarela HIV disebut juga Voluntary Conseling and Testing (VCT). 
Puskesmas Sungai Loban menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan TIA dalam program “Penanggulangan dan Pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja” dengan rutin mengadakan program VCT bagi pekerja di lingkungan perusahaan. Ini penting mengingat pekerja sektor tambang merupakan kelompok 3M alias Man, Mobile with Money yang beresiko tinggi terinfeksi HIV.
Upaya lain yang dilakukan Puskesmas Sungai Loban untuk meningkatkan kesadaran akan HIV/AIDS dengan melakukan sosialisasi ke sekolah setingkat SMP-SMA dan ke desa-desa. Terobosan lain yang dilakukan adalah memberikan penyadaran kepada ibu-ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas. Mereka memunyai hak untuk mengetahui status kesehatan mereka dan meyakinkan mereka untuk melakukan VCT. Diharapkan nantinya ada data yang lebih jelas mengenai jumlah penderita HIV/AIDS di Kecamatan Sungai Loban.
Berselang satu bulan dari pertemuan tersebut, tim TIA mendapatkan informasi mengejutkan dari Zaenal. ODHA anak perempuan yang berumur 3 tahun telah meninggal dunia karena kondisinya menurun. Sang anak terkena diare yang menyebabkan berat badannya turun sampai 6 kilogram.